
Indonesia menawarkan untuk meningkatkan impor produk-produk Amerika (seperti kedelai, gandum, LPG, LNG, minyak mentah, dan gas) dengan cara mengalihkan impor dari negara lain ke AS—tanpa menambah total beban APBN
✅ Strategi ini menunjukkan niat baik sebagai mitra dagang, bukan melakukan balasan tarif.
🤝 2. Diplomasi Ekonomi Tingkat Tinggi
Pemerintah membentuk delegasi tingkat tinggi (Airlangga, Sri Mulyani, Sugiono, dan diplomat lain) untuk menemui USTR, Departemen Perdagangan & Fiskal AS di Washington sejak April 2025 Fokus negosiasi mencakup:
-
Revitalisasi TIFA (Trade and Investment Framework Agreement)
-
Pelonggaran TKDN dan non‑tariff barriers
-
Insentif fiskal untuk barang AS
-
Penurunan tarif ekspor Indonesia agar lebih kompetitif
🔄 3. Reformasi Domestik dan Diversifikasi Ekonomi
Pemerintah menyiapkan reformasi besar:
-
Hilangkan kuota impor produk tapak-lingkungan rakyat
-
Pangkas PPh impor dari 2,5 % ke 0,5 % dan bea masuk dari 5–10 % menjadi 0–5 %
-
Dorong penguatan sektor industri domestik, digitalisasi UMKM, dan perkuat ekonomi energi mandiri
Ini bertujuan menjaga stabilitas ekonomi dan menarik opini positif AS.
🌏 4. Koordinasi ASEAN & Diplomasi Multilateral
Presiden Prabowo melakukan koordinasi regional dengan pemimpin ASEAN, menyerukan respons kolektif terhadap tarif unilateral Trump
Indonesia mengedepankan jalur diplomasi bersama Aliansi Selatan Global melalui forum BRICS+ untuk muar kebijakan melawan unilateralitas ekonomi
💡 Kenapa Strategi Ini Efektif?
-
Tunjukkan itikad baik → Tidak membalas tarif dengan tarif, melainkan ajak dialog.
-
Kredit politik → Mendemonstrasikan bahwa Indonesia siap jadi mitra jangka panjang AS.
-
Pressure kolektif → Dengan dukungan ASEAN dan BRICS, posisi tawar Indonesia diperkuat.
-
Kesiapan domestik → Reformasi internal memberi sinyal kesiapan perubahan dalam perdagangan lintas negara.
📅 Favor kedekatan waktu:
-
Deadline tarif berlaku: 9 April 2025, namun diberikan perpanjangan sementara hingga 1 Agustus 2025
-
Delegasi Indonesia mulai negosiasi sejak pertengahan April 2025 dengan AS
🧭 Kesimpulan
Indonesia memilih strategi diplomasi aktif, reformasi internal, dan pendekatan kolaboratif—baik bilateral maupun regional—daripada membalas agresi tarif secara langsung. Pendekatan ini dirancang meminimalkan dampak ekonomi sambil membuka ruang dialog dan perbaikan hubungan dagang jangka panjang.