Ekonomi Indonesia Tak Punya Fondasi Kuat, Mudah Terempas

Kondisi ekonomi Indonesia kembali menjadi sorotan. Meski pemerintah berkali-kali menyebut pertumbuhan ekonomi nasional stabil, sebagian pengamat justru menilai bahwa fondasi ekonomi Indonesia masih rapuh dan rentan terhadap guncangan global. Pertanyaannya, benarkah Indonesia hanya terlihat kuat di permukaan?


Fondasi Ekonomi: Apa yang Dimaksud?

Fondasi ekonomi merujuk pada kekuatan dasar yang menopang sistem ekonomi suatu negara, termasuk:

  • Ketahanan fiskal dan moneter

  • Ketergantungan terhadap impor

  • Kualitas sektor industri dalam negeri

  • Stabilitas nilai tukar rupiah

  • Kemampuan menciptakan lapangan kerja

Bila salah satu dari komponen ini rapuh, maka ekonomi mudah terguncang oleh faktor eksternal, seperti krisis global, perang dagang, atau fluktuasi harga komoditas.


Ketergantungan Terhadap Impor dan Sektor Ekstraktif

Indonesia hingga saat ini masih sangat bergantung pada sektor ekspor komoditas dan barang mentah, seperti batu bara, kelapa sawit, dan nikel. Sementara itu, industri manufaktur dalam negeri belum berkembang optimal.

Bahkan, untuk bahan baku dan barang konsumsi, Indonesia masih mengandalkan impor dalam jumlah besar. Ini berarti ketika nilai tukar rupiah melemah atau harga barang impor melonjak, ekonomi langsung terdampak.


Hutang Negara yang Meningkat Tajam

Meski pemerintah menyebut utang Indonesia masih dalam batas aman (di bawah 60% dari PDB), namun kenaikan cepat jumlah utang dalam satu dekade terakhir mengundang kekhawatiran.

Menurut pengamat ekonomi, utang yang tidak disertai produktivitas dan hasil konkret bisa menjadi beban jangka panjang. Ketiadaan industrialisasi yang kuat membuat hasil dari pinjaman luar negeri tidak cukup menopang ekonomi berkelanjutan.


Pengangguran dan Ketimpangan

Angka pengangguran dan kemiskinan masih menjadi PR besar. Meskipun angka resmi menunjukkan penurunan, kenyataannya banyak pekerja yang berada di sektor informal tanpa jaminan kerja. Upah minimum juga kerap tak sebanding dengan kebutuhan hidup di kota besar.

Ketimpangan antarwilayah, terutama antara Jawa dan luar Jawa, juga menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi tidak merata. Ini menandakan pondasi sosial-ekonomi masih lemah.


Rapuhnya Daya Beli Masyarakat

Kondisi riil di lapangan memperlihatkan banyak masyarakat mengeluh soal tingginya harga bahan pokok, sementara pendapatan stagnan. Ini menunjukkan daya beli melemah, yang bisa berdampak pada sektor riil dan konsumsi domestik.

Ketika daya beli jatuh, UMKM dan sektor perdagangan bisa ikut terpuruk. Padahal, sektor ini merupakan tulang punggung ekonomi nasional.


Indonesia Mudah Terguncang Krisis Eksternal?

Sejumlah contoh menunjukkan betapa ekonomi Indonesia mudah terempas oleh krisis global:

  • Krisis finansial 1998: Rupiah anjlok, ekonomi runtuh

  • Krisis global 2008: Pertumbuhan melambat drastis

  • Pandemi COVID-19 2020: Ekonomi Indonesia masuk resesi

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada pertumbuhan, struktur ekonomi masih belum tahan banting jika diterpa badai global.

Related Posts

Amerika Serikat Keluarkan Travel Warning ke 2 Provinsi di Indonesia, Kenapa?

Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah mengeluarkan peringatan perjalanan (travel advisory) Level 4—tingkat tertinggi—untuk dua provinsi di Indonesia: Papua Tengah dan Papua Pegunungan. Peringatan ini dikeluarkan pada 30 April 2025 oleh…

Ada Prajurit Belikan Tiket untuk Oknum TNI AL Pembunuh Jurnalis Kalsel

Dalam perkembangan terbaru kasus pembunuhan jurnalis Juwita (23) di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, terungkap bahwa seorang prajurit TNI AL dari Lanal Balikpapan, Kelasi Satu Vicky Febrian Sakudu, membantu terdakwa Kelasi Satu…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *