
Karawang – Aksi pemasangan spanduk oleh sekelompok suporter Persikas Karawang beberapa waktu lalu menjadi sorotan publik. Dalam pernyataannya, politisi dan tokoh masyarakat Karawang, H. Aep Syaepuloh yang akrab disapa Demul, menilai bahwa ada unsur kekuatan politik di balik gerakan tersebut.
Aksi Spanduk yang Mengguncang
Puluhan spanduk bertuliskan tuntutan dan sindiran terhadap manajemen Persikas tersebar di beberapa titik strategis di Karawang. Isi spanduk menyuarakan kekecewaan terhadap stagnasi klub dan dugaan intervensi pihak-pihak tertentu yang dianggap mempolitisasi olahraga.
Tindakan ini memicu reaksi dari berbagai pihak, termasuk dari kalangan pemerintahan dan komunitas olahraga lokal.
Demul: “Ada Politisasi Sepak Bola”
Dalam sebuah wawancara, Demul menyampaikan bahwa aksi spanduk itu bukan sekadar luapan emosional suporter, tetapi mengandung sinyal kuat adanya agenda politik tertentu.
“Saya melihat ini bukan murni soal sepak bola. Ada aroma politis yang cukup kental. Sepak bola Karawang jangan sampai dijadikan alat kepentingan jangka pendek,” ujar Demul.
Ia menegaskan pentingnya menjaga dunia olahraga, khususnya sepak bola lokal, dari infiltrasi kekuatan politik yang dapat merusak semangat sportivitas dan solidaritas masyarakat.
Persikas dan Posisi Strategisnya
Sebagai klub kebanggaan Karawang, Persikas memegang peranan penting dalam membentuk identitas daerah serta menjadi sarana pemersatu warga. Namun dalam beberapa tahun terakhir, performa klub dinilai stagnan dan tidak menunjukkan perkembangan signifikan, baik dari sisi prestasi maupun manajemen.
Kondisi ini membuka ruang bagi spekulasi dan kekecewaan, yang tampaknya dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk mendorong narasi tertentu ke publik.
Seruan Untuk Pemurnian Sepak Bola
Demul menyerukan agar semua pihak menahan diri dan kembali pada semangat awal olahraga, yakni fair play, pembinaan, dan kebersamaan.
“Kita butuh transparansi di tubuh Persikas. Tapi itu tidak bisa dibarengi dengan provokasi atau politik praktis. Biarkan sepak bola berjalan sebagaimana mestinya,” tegasnya.
Ia juga mengajak para suporter untuk menyampaikan aspirasi secara konstruktif melalui jalur yang tepat, agar semangat membangun Persikas tidak berubah menjadi alat tekanan atau pencitraan.
Harapan ke Depan
Dinamika yang terjadi ini diharapkan menjadi pemicu pembenahan internal di tubuh Persikas, baik dari sisi manajerial, pembinaan pemain, hingga komunikasi dengan komunitas suporter.
Kehadiran figur-figur seperti Demul yang kritis namun tetap menyerukan keseimbangan antara aspirasi publik dan etika olahraga bisa menjadi penengah dalam konflik yang terjadi.
Penutup:
Kasus ini menunjukkan bahwa olahraga, khususnya sepak bola lokal, tidak bisa dilepaskan dari dinamika sosial dan politik di sekitarnya. Namun, penting bagi semua pihak untuk menjaga agar semangat olahraga tetap bersih dan menjauh dari agenda-agenda politik yang dapat merusak esensinya.
Jika ingin versi lebih singkat atau format berita, saya bisa bantu juga.