
Konflik di Timur Tengah kembali memanas setelah kelompok Houthi dari Yaman dilaporkan meluncurkan rudal hipersonik baru yang mereka beri nama ‘Palestine 2’ ke arah wilayah Israel. Serangan ini menandai eskalasi signifikan dalam dinamika perang proksi dan perlawanan terhadap Israel, di tengah ketegangan berkepanjangan akibat perang di Gaza.
Rudal Hipersonik ‘Palestine 2’: Apa Itu?
Houthi mengklaim bahwa ‘Palestine 2’ adalah rudal hipersonik generasi baru buatan mereka sendiri yang dikembangkan di dalam negeri. Rudal ini dilaporkan mampu melesat dengan kecepatan lebih dari Mach 5 (lima kali kecepatan suara), membuatnya sangat sulit untuk dideteksi dan dicegat oleh sistem pertahanan rudal konvensional seperti Iron Dome milik Israel.
Belum ada konfirmasi langsung dari sumber-sumber independen terkait spesifikasi teknis rudal ini, namun jika benar, hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan militer Houthi yang signifikan, diduga kuat berkat dukungan teknologi dari Iran.
Target dan Dampak Serangan
Menurut media milik Houthi, rudal hipersonik ‘Palestine 2’ menyasar instalasi militer dan pelabuhan di wilayah selatan Israel. Pemerintah Israel belum merilis keterangan resmi mengenai tingkat kerusakan, namun laporan dari beberapa media lokal menyebut adanya sistem sirene peringatan udara yang aktif di beberapa wilayah Negev.
Serangan ini merupakan bagian dari deklarasi solidaritas kelompok Houthi terhadap rakyat Palestina, terutama sebagai bentuk pembalasan atas agresi militer Israel di Jalur Gaza yang terus menelan korban sipil.
Respon Israel dan Dunia Internasional
Israel menyebut serangan tersebut sebagai “provokasi berbahaya” dan menegaskan haknya untuk membalas dengan tindakan militer. Dalam pernyataan resmi, juru bicara militer Israel menyatakan bahwa setiap ancaman terhadap kedaulatan negara akan ditanggapi dengan tegas, termasuk dari wilayah-wilayah yang jauh seperti Yaman.
Sementara itu, Amerika Serikat dan beberapa sekutunya menyuarakan kekhawatiran terhadap perkembangan situasi ini. Pentagon mengisyaratkan bahwa serangan dari Yaman terhadap Israel berpotensi memicu konflik regional yang lebih besar dan mengganggu stabilitas perdagangan di Laut Merah dan sekitarnya.
Houthi dan Poros Perlawanan
Houthi dikenal sebagai bagian dari apa yang sering disebut sebagai “Poros Perlawanan” terhadap dominasi Barat dan Israel, bersama dengan kelompok seperti Hizbullah di Lebanon, milisi Hashd al-Shaabi di Irak, dan IRGC Iran. Kelompok ini telah aktif menyerang kapal-kapal kargo di Laut Merah yang dikaitkan dengan Israel atau negara-negara Barat, sebagai bentuk tekanan ekonomi dan militer.
Meluncurnya rudal hipersonik ini diyakini merupakan unjuk kekuatan baru dari kelompok Houthi, menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mampu mengganggu pelayaran internasional, tetapi juga bisa menjangkau wilayah Israel dengan teknologi mutakhir.
Akankah Timur Tengah Meledak?
Ketegangan di Timur Tengah yang sudah tinggi kini berada di titik kritis baru. Jika benar rudal hipersonik ‘Palestine 2’ ini merupakan produksi lokal dan memiliki akurasi tinggi, maka Israel berpotensi menghadapi ancaman dari arah selatan yang lebih serius dari sebelumnya.
Dunia internasional pun tengah memantau dengan cermat perkembangan ini, khawatir bahwa serangan semacam ini bisa memicu intervensi langsung dari negara-negara besar dan mengubah konflik menjadi perang terbuka regional.