
Jakarta, 2025 – Suasana acara yang semula berjalan kondusif berubah ricuh ketika terjadi bentrokan antara anggota Front Pembela Islam (FPI) dan sekelompok orang yang mengaku dari Persatuan Wartawan Indonesia Lintas Selatan (PWI LS). Kejadian ini berlangsung dalam sebuah acara keagamaan yang dihadiri Habib Rizieq Shihab, tokoh sentral dalam pergerakan FPI.
Acara Keagamaan dan Kedatangan Habib Rizieq
Acara yang digelar di salah satu wilayah padat di Jakarta Selatan itu dihadiri oleh ribuan simpatisan FPI dan warga sekitar. Habib Rizieq dijadwalkan memberikan tausiah seputar isu moral bangsa, keislaman, dan kepedulian sosial. Panitia mengklaim acara telah memiliki izin resmi dan berlangsung dalam koordinasi dengan aparat keamanan.
Namun, sekitar satu jam sebelum tausiah dimulai, sekelompok orang dari PWI LS datang dan mengklaim bahwa kegiatan tersebut memuat unsur ujaran kebencian serta penyebaran ideologi yang memecah belah masyarakat.
Versi FPI: Provokasi dan Penyusupan
Juru bicara FPI dalam konferensi pers menyatakan bahwa kelompok yang mengaku dari PWI LS bukanlah wartawan resmi. Mereka menuding bahwa kelompok tersebut melakukan provokasi dengan membentangkan spanduk bertuliskan “Stop Provokasi Agama Demi Kepentingan Politik”.
Menurut FPI, mereka sempat berusaha berdialog secara damai, namun suasana menjadi panas ketika salah satu anggota PWI LS diduga melontarkan kata-kata bernada melecehkan terhadap Habib Rizieq. Bentrokan pun pecah di tengah kerumunan.
Bentrok Singkat dan Evakuasi Habib Rizieq
Aparat kepolisian yang berjaga langsung turun tangan mengurai massa dan memisahkan dua kelompok. Habib Rizieq segera dievakuasi ke lokasi aman dan acara dihentikan sementara untuk menghindari kerusuhan yang lebih besar.
Kapolres Jakarta Selatan mengatakan bahwa pihaknya telah mengamankan beberapa orang dari kedua belah pihak untuk dimintai keterangan. Investigasi lebih lanjut akan dilakukan untuk menentukan unsur pidana dan pihak yang memicu bentrokan.
Respons dari PWI LS
Melalui pernyataan resmi, PWI LS membantah telah melakukan provokasi. Mereka menyatakan bahwa tujuan kedatangan mereka adalah untuk melakukan liputan dan investigasi terhadap potensi ujaran kebencian dalam acara tersebut. Mereka menuduh FPI melakukan kekerasan terhadap jurnalis dan meminta Dewan Pers serta Komnas HAM untuk turun tangan.
Reaksi Publik dan Media
Insiden ini memicu reaksi beragam di media sosial. Sebagian netizen mengutuk kekerasan terhadap jurnalis, sementara yang lain menilai kehadiran PWI LS sebagai tidak proporsional dalam situasi keagamaan yang sensitif.
Pemerhati media dan aktivis HAM meminta agar penyelesaian kasus ini dilakukan secara transparan dan menjunjung tinggi prinsip demokrasi, kebebasan pers, serta penghormatan terhadap kegiatan keagamaan.
Penutup
Bentrok antara kelompok masyarakat sipil dan organisasi pers ini kembali menjadi pengingat pentingnya dialog, transparansi, dan penghormatan terhadap perbedaan pandangan. Ke depan, koordinasi yang lebih baik antara penyelenggara acara, aparat keamanan, dan lembaga pers mutlak diperlukan agar kejadian serupa tidak kembali terulang.