
Ketegangan diplomatik dan militer antara Thailand dan Kamboja kembali memanas di tengah gejolak kawasan Asia Tenggara. Dalam beberapa pekan terakhir, muncul berbagai sinyal peringatan dari pihak Thailand yang mengindikasikan kesiapan militer dan diplomasi keras, seiring meningkatnya ketegangan di wilayah perbatasan kedua negara.
Sejarah Panjang Sengketa
Hubungan antara Thailand dan Kamboja telah lama dibayangi oleh sengketa perbatasan, terutama di sekitar wilayah Candi Preah Vihear. Meski Mahkamah Internasional (ICJ) pada tahun 1962 memutuskan bahwa candi tersebut milik Kamboja, konflik mengenai klaim atas tanah di sekitarnya terus berulang. Ketegangan memuncak kembali sejak tahun 2008 saat situs tersebut diakui UNESCO, memicu bentrokan antara pasukan militer kedua negara.
Peringatan Terbaru dari Bangkok
Dalam sebuah pernyataan resmi terbaru, juru bicara militer Thailand mengingatkan bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam jika terdapat pelanggaran kedaulatan nasional. Peringatan ini muncul setelah laporan intelijen menyebutkan adanya pembangunan pos militer baru oleh Kamboja yang dianggap melewati garis demarkasi yang disepakati bersama. Thailand menganggap langkah itu sebagai bentuk provokasi.
Pihak Bangkok juga telah memperkuat kehadiran militernya di wilayah timur laut, dengan pengerahan unit-unit cadangan serta kendaraan tempur ringan. “Kami siap menjaga wilayah kami dan mencegah segala bentuk infiltrasi. Perdamaian adalah pilihan pertama, tapi kami tidak akan mundur,” ujar Kolonel Thanathip, perwakilan Kementerian Pertahanan Thailand.
Respons Kamboja: Tegas Namun Terukur
Di sisi lain, Kamboja melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri menolak tudingan provokasi tersebut dan menyatakan bahwa negaranya hanya memperkuat pertahanan internal. Namun mereka juga mengirim sinyal bahwa Kamboja siap untuk membela diri bila konflik benar-benar pecah.
“Kamboja menghormati prinsip damai dan hukum internasional. Tapi kami tidak akan membiarkan kedaulatan kami diusik,” tegas Menteri Pertahanan Kamboja.
Faktor Politik Dalam Negeri
Ketegangan ini juga tak lepas dari dinamika politik dalam negeri di kedua negara. Di Thailand, pemerintahan sipil yang masih memiliki pengaruh kuat dari militer kerap dituduh menggunakan isu eksternal untuk mengalihkan perhatian publik. Sedangkan di Kamboja, kekuasaan Hun Sen yang kini telah beralih ke putranya, Hun Manet, juga perlu menegaskan kekuatan pemerintahannya di mata rakyat dan internasional.
Dampak Regional
Situasi yang semakin panas antara Thailand dan Kamboja menjadi perhatian khusus ASEAN. Organisasi regional tersebut telah menyerukan dialog damai dan menawarkan diri sebagai mediator netral. Namun, hingga kini belum ada kesepakatan resmi terkait mediasi tersebut.
Selain itu, ketegangan ini berpotensi mengganggu perdagangan lintas batas serta aktivitas masyarakat di zona perbatasan. Beberapa desa di wilayah perbatasan telah dilaporkan melakukan evakuasi mandiri akibat kekhawatiran akan bentrokan bersenjata.
Potensi Mediasi dan Jalan Damai
Meski situasi terlihat memburuk, banyak pengamat percaya masih ada ruang diplomasi. Hubungan ekonomi kedua negara tetap kuat, terutama melalui kerja sama pariwisata dan perdagangan. Beberapa kalangan menyerukan pembentukan komisi bilateral baru untuk membahas batas wilayah dengan pendekatan teknis, bukan militeristik.
Pengamat dari Institut Studi Strategis Asia Tenggara menekankan bahwa langkah-langkah militer hanya akan memperburuk ketegangan. “Thailand dan Kamboja harus belajar dari konflik masa lalu. ASEAN dan mitra internasional dapat menjadi jembatan untuk menjaga stabilitas kawasan,” kata Dr. Rachana Suthirat, peneliti politik regional.
Penutup
Peringatan keras dari Thailand terhadap Kamboja menjadi alarm bahwa stabilitas Asia Tenggara tengah diuji. Ancaman konflik terbuka selalu membawa dampak domino, tidak hanya pada keamanan, tapi juga kehidupan sosial dan ekonomi rakyat di kedua negara. Saatnya bagi Thailand dan Kamboja untuk menurunkan tensi, membuka ruang dialog, dan menempatkan diplomasi di garis depan demi perdamaian kawasan yang berkelanjutan.